MY ANXIETY
Wikipedia state that anxiety is the expectation of future threat. Anxiety is a feeling of fear, worry, and uneasiness, usually generalized and unfocused as an over reaction to a situation that is only subjectively seen as menacing.And my oxford dictionary explain an anxiety as a concern and fear of what might happen.Fairly , now I am in the middle of these feelings. ANXIOUS.
Lately, there are so much questions and issues came to my mind.
Sekarang , gue kuliah udah semester akhir, dimana gue secara ga langsung dituntut untuk banyak berfikir. And my most vissible responsibility atau hal yang udah jelas-jelas jadi tanggung jawab gue sekarang adalah menempuh skripsi. Selain jadi syarat gue nyabet gelar sarjana gue , tentu aja itu bentuk tanggung jawab gue terhadap orang tua yang udah susah-susah banting tulang buat nyekolahin gue tinggi-tinggi. Makanya gue ga boleh main-main sama yang satu ini.
Semakin kesini , gue inget umur. Emang kemarin enggak ?
Gue jadi -quitely- membanding-bandingkan hidup gue dengan beberapa orang disekitar gue. Gue mulai menghitung-hitung progress apa yang udah gue capai selama ini. Jujur gue suka envy sama temen-temen gue yang udah pada kerja. Betapa enaknya udah punya penghasilan sendiri di usia gue ini. Tapi positifnya -sekaligus jadi healing my own heart- gue jadi banyak bersyukur. Ga semua orang punya kesempatan kaya gue. Disaat mereka kerja alias peras tenaga , gue masih diberkahi kesempatan untuk belajar lebih banyak , tentunya dengan biaya dari orang tua gue.
Balik lagi ke sisi negatifnya , gue jadi sering ngerasa bersalah sama bapak, sampe umur segini gue masih belum bisa sepenuhnya mandiri, terutama dalam hal finansial. Bapak kan juga udah ga muda lagi , gue selalu berangan-angan kapan gue bisa at least ga minta uang jajan lagi sama bapak. hmm
Balik lagi ke sisi negatifnya , gue jadi sering ngerasa bersalah sama bapak, sampe umur segini gue masih belum bisa sepenuhnya mandiri, terutama dalam hal finansial. Bapak kan juga udah ga muda lagi , gue selalu berangan-angan kapan gue bisa at least ga minta uang jajan lagi sama bapak. hmm
Gue juga pengen banget bisa beliin bapak sesuatu. Tentunya dari hasil keringat gue sendiri.Itulah sebabnya kenapa gue pengen cepet-cepet lulus.
Tapi , dibalik keinginan gue untuk lulus cepet-cepet itu , timbul lah masalah baru. What is it?
WORK.
Gue rasa perasaan dan pikiran ini muncul dibenak hampir semua mahasiswa sederajat gue (read: almost graduate). Selain sibuk mikirin -dan menempuh tentunya- skripsi , didalam benak para mahasiswa kaya gue ini adalah
Mau kerja apa?
It becomes the most frightened questions for sure.
Pekerjaan merupakan langkah awal menuju "masa mandiri" kita.
Menentukan pekerjaan yang tepat bukanlah hal yang sama dengan kita milih-milih tempat dan jurusan dimana kita akan sekolah atau kuliah. Ketika kamu ngerasa ga cocok dengan lingkungan sekolahmu , merasa salah ambil jurusan , mungkin kamu masih punya kesempatan untuk pindah, dengan catatan mau keluar duit.
Mau kerja apa?
It becomes the most frightened questions for sure.
Pekerjaan merupakan langkah awal menuju "masa mandiri" kita.
Menentukan pekerjaan yang tepat bukanlah hal yang sama dengan kita milih-milih tempat dan jurusan dimana kita akan sekolah atau kuliah. Ketika kamu ngerasa ga cocok dengan lingkungan sekolahmu , merasa salah ambil jurusan , mungkin kamu masih punya kesempatan untuk pindah, dengan catatan mau keluar duit.
Sedangkan bekerja adalah tahap dimana kita mengabdi dan memberdayakan skill yang kita punya untuk suatu tujuan yang salah satunya adalah getting paid alias dapet gaji. Bukan berarti gue memandang suatu pekerjaan hanya sebatas materiil, tapi ya gue ga mau naif , because that's how people survive.
Jadi , alangkah lebih mulianya jika kita bisa dengan bijaksana menentukan pekerjaan apa yang tepat, sesuai dan yang penting tidak menjadi beban bagi kita ketika menjalaninya.
Jenis pekerjaan itu adalah yang paling sulit didapatkan. Really.
Jenis pekerjaan itu adalah yang paling sulit didapatkan. Really.
Ga semua orang dapet kesempatan untuk melangsungkan karirnya sebahagia itu. Kenyataanya seperti ini , as example :
Gue kuliah dijurusan pendidikan bahasa Inggris,secara kasat mata , orang-orang disekeliling gue (ga terkecuali keluarga) secara ga langsung menginterpretasikan situasi ini bahwa gue pasti jadi guru. Padahal kenyataanya , di dunia ini ga semua orang dapet pekerjaan sesuai dengan bidang studi yang pernah mereka tempuh sebelum bekerja.
Oke , dalam kasus ini, alhamdulillah gue dapet peluang kesempatan baik buat jadi guru. Selama dua bulan ini , gue setiap hari (kecuali jum'at sama minggu) menyandang gelar sebagi seorang guru disalah satu SMP swasta di daerah Bantul. Gue bersyukur , karena lagi-lagi gue inget , ga semua orang seberuntung gue. Ga semua orang dapet kesempatan semacam ini.
Tapi dibalik pekerjaan gue yang looked so honnorable ini , timbul dillema dari dalam lubuk hati gue.
Percaya sama gue , jadi guru itu susah-susah gampang.
Tapi dibalik pekerjaan gue yang looked so honnorable ini , timbul dillema dari dalam lubuk hati gue.
Percaya sama gue , jadi guru itu susah-susah gampang.
Gue ngajar di lima kelas. Tiga kelas VII , dua lagi kelas VIII. Perlu lo tahu , anak-anak seusia mereka itu ada pada masa susahnya dikasih tau. Apalagi gue ngajar ditempat yang maaf, kurang benefit. Maksud gue , siswa-siswa yang sekolah disini tergolong siswa kelas dua kalo dibandingin dengan anak-anak yang sekolah di sekolahan negeri.
Mulai dari attitude , IQ, dan juga fasilitas mereka semua berada diperingkat menengahhampir kebawah. Ngajar anak-anak semacam mereka itu perlu kesabaran tingkat dewa, pasalnya mereka sering kali mengabaikan guru , bahkan terkadang sebagian dari mereka berani ngelonjak alias ga menghargai status seorang guru. Bagi mereka , sekolah hanya tempat singgah selain rumah. Bukan tempat untuk menempa diri dan menuntut ilmu.
Mulai dari attitude , IQ, dan juga fasilitas mereka semua berada diperingkat menengah
"Being a teacher , you will find your mood and spirit getting up and down so easily."
Disatu waktu , lo ngerasa semangat banget untuk ngasih pelajaran ke siswa , lo rela luang-luangin waktu buat nyusun materi semenarik mungkin, bahkan lo ga segan-segan ngeluarin biaya buat menyediakan perangkat dan materi tambahan untuk menunjang proses mereka belajar. Tapi apa yang lo dapet?
Dikelas mereka ribut , lari kesana-kemari , ngobrol sendiri , tidur dalem kelas , izin kekamar mandi taunya malah jajan. Betapa sia-sia apa yang udah lo lakuin buat mereka. And it's totally bring your mood down.
Tapi, dilain kesempatan , waktu lo ngerasa bener-bener pada masa lelah dengan rutinitas lo dan sikap mereka selama ini. Tiba-tiba mereka jadi anak manis yang mau mendengarkan , mereka juga secara terang-terangan kasih semangat buat lo. Misalnya, contoh sepele pas gue lagi ngejelasin materi didepan kelas , ada beberapa anak yang bikin gaduh , gausah nunggu gue yang ngomel , beberapa dari mereka dengan senang hati memperingatkan temanya. Contoh lain , ketika mereka bener-bener antusias sama gue , i mean the lesson, dan disaat-saat seperti itulah mood dan semangat kamu kembali baik. How exhausted.
Dari situ pertanyaan apakah gue akanbenar-benar jadi guru kedepanya? semakin deras mengalir diotak gue. Gue udah berkali-kali ngehitung untung rugi yang gue dapet kalo misalnya gue jadi guru kelak. Emang banyak hal positif yang gue dapet dari situ , tapi jauh dilubuk hatiku engkau masih kekasihku i think that teaching doesn't really suit with me. Selalu ada bagian dalam diri gue yang memberontak , dan bikin gue ngerasa ini bukan jalan gue.
Waktu itu gue nanya sama bapak "Be (babe = ayah) , kalo misal aku ga jadi guru gimana?" dan jawaban bapak gue adalah "Ya ga apa-apa , wong bapak juga tidak mengharuskan kamu jadi guru kok. Yang penting kamu kerja bapak udah seneng." What the??
Gue terharu , emang cuman bapak yang menegrti gue. huhu
Tapi gue tau , meski bapak bilang kaya gitu , beliau juga pasti seneng banget semisal gue bener-bener jadi guru. Apalagi sekarang ini kesannya gue sedang menjajaki karir tersebut -_-
Tapi sungguh gue marasa tertekan dengan situasi ini. Bukan semata-mata gue ga mau ngerasa susah atau prihatin , tapi justru beban mental gue mengenai my student's improvement lah yang paling berat. Rasanya gue ngerasa dosa banget kalo ga bisa bimbing mereka jadi anak-anak yang baik , yang berprestasi. Itulah kenapa gue selalu ragu-ragu jadi guru , gue menyadari gue belum bisa jadi panutan yang baik buat mereka. Gue juga belum begitu fasih jadi pembimbing mereka dalam belajar. Saya masih butuh banyak pengalaman dan harus terus belajar sabar.
Garis besarnya , saya tidak ingin jadi guru.
Trus mau jadi apa??
Kalimat tersebut jadi pertanyaan paling menakutkan kedua. Meskipun gueudah mantep bilang gue ga mau jadi guru , faktanya gue dapet ancaman baru untuk menentukan jalur karir selain jadi guru. Ini ga mudah.
Gue sekarang butuh banyak perenungan , supaya kedepannya gue tidak menyesal.
Dari situ pertanyaan apakah gue akan
Waktu itu gue nanya sama bapak "Be (babe = ayah) , kalo misal aku ga jadi guru gimana?" dan jawaban bapak gue adalah "Ya ga apa-apa , wong bapak juga tidak mengharuskan kamu jadi guru kok. Yang penting kamu kerja bapak udah seneng." What the??
Gue terharu , emang cuman bapak yang menegrti gue. huhu
Tapi gue tau , meski bapak bilang kaya gitu , beliau juga pasti seneng banget semisal gue bener-bener jadi guru. Apalagi sekarang ini kesannya gue sedang menjajaki karir tersebut -_-
Tapi sungguh gue marasa tertekan dengan situasi ini. Bukan semata-mata gue ga mau ngerasa susah atau prihatin , tapi justru beban mental gue mengenai my student's improvement lah yang paling berat. Rasanya gue ngerasa dosa banget kalo ga bisa bimbing mereka jadi anak-anak yang baik , yang berprestasi. Itulah kenapa gue selalu ragu-ragu jadi guru , gue menyadari gue belum bisa jadi panutan yang baik buat mereka. Gue juga belum begitu fasih jadi pembimbing mereka dalam belajar. Saya masih butuh banyak pengalaman dan harus terus belajar sabar.
Garis besarnya , saya tidak ingin jadi guru.
Trus mau jadi apa??
Kalimat tersebut jadi pertanyaan paling menakutkan kedua. Meskipun gue
Gue sekarang butuh banyak perenungan , supaya kedepannya gue tidak menyesal.

Komentar
Posting Komentar